30 Maret, 2008

PKS DAN FITNAH PERDA DINIYAH

Cilegon-Menanggapi isu miring yang berkembang mengenai Perda Diniyah. Yaitu mengenai aksi walk out yang dilakukan tiga anggota dewan dari PKS, jajaran pimpinan yang terdiri anggota aleg dan pengurus DPD mengagendakan silaturahmi ke Fokmada sebagai elemen yang mewakili madrasah dalam mengusung perda diniyah. Agenda silaturahmi itu dilakukan hari Jum’at (22/02) pukul 16.30 wib. Hadir dalam kesempatan itu dari PKS, Amal Irfanudin (aleg), Ardawi Muhsin (aleg), Suminto (ketua DPD), Eko dan Junedi (tim media). Adapun dari pihak Fokmada adalah Sariman (Ketua I) dan Marhani (Sekretaris).

Pada kesempatan itu Ardawi Muhsin membuka acara dengan menyampaikan tujuan kedatangan yaitu sebagai sarana silaturahmi. Amal Irfanudin menambahkan bahwa Fokmada adalah representasi dari madrasah-madrasah yang mengusung sedari awal disahkannya perda diniyah sehingga Fokmada tentu lebih tau mana elemen-elemen yang mengusung perjuangan perda diniyah ini dari awal. Amal menjelaskan juga bahwa walk out nya PKS pada rapat paripurna yang lalu bukan karena PKS tidak sepakat dengan penetapan perda diniyah, akan tetapi PKS tidak sepakat untuk agenda pertama sidang paripurna yaitu tentang penetapan tim seleksi KPU yang tidak transparan. “kita dari PKS memang tidak bisa kembali lagi ke ruang sidang jika sudah keluar. Itu memang aturan dalam persidangan,” jelas Amal.

Sariman, ketua I Fokmada menyambut baik silaturahmi yang dilakukan oleh PKS saat itu. Sariman memohon maaf karena Ketua Fokmada sendiri sedang berhalangan untuk datang. Sariman yang pada kesempatan sidang paripurna hadir dan mengikuti perkembangan saat berlangsungnya sidang, dapat memahami apa yang dilakukan oleh PKS dan kawan-kawan. Beliau juga mengucapkan terimakasih karena berkat bantuan PKS perda ini akhirnya dapat disahkan juga. Sekretaris Fokmada, Marhani yang pernah mendapat teror lewat telepon ini mengaku telah memantau beberapa elemen yang mencoba mengatasnamakan guru-guru madrasah, ternyata tidak semuanya guru madrasah. Fokmada siap membantu PKS dengan menjelaskan duduk permasalahannya kepada masyarakat. Sekretaris Fokmada juga telah menjelaskan kepada guru-guru yang merasa kecewa kepada PKS. Mereka dapat memahami dan meminta maaf.

Di akhir pertemuan, ketua DPD PKS, Suminto menyampaikan bahwa polemik tentang perda diniyah sebenarnya sudah selesai dengan silaturahmi ini. Selanjutnya tinggal menjelaskan kepada masyakat dan mengusung perda ini sehingga betul-betul terlaksana dengan maksimal. Sebab menurutnya, terkadang eksekusi di lapangannya agak susah juga terutama menyangkut suport pendanaan dari APBD. Dalam perjalanan penerapan perda diniyah kelak, PKS siap menjadi elemen pengontrol. Hal-hal lain yang bisa dilakukan setelah disahkannya perda diniyah itu adalah menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan madrasah untuk diajukan pada perubahan APBD 2008.

Pada kesempatan yang lain (20/02) pimpinan DPD juga mengadakan silaturahmi kepada tim seleksi KPU yang terpilih yaitu Yunus Ghazali. Ditemui di rumah beliau, Yunus Ghazali menerima dengan baik kunjungan tersebut. Diwakili Ardawi, pimpinan pengurus DPD menjelaskan tentang aksi walk out yang dilakukan PKS pada sidang paripurna lalu. PKS tidak sepakat dengan mekanisme yang dilakukan oleh pimpinan dewan yang kurang terbuka dalam penetapan tim seleksi KPU itu. Padahal PKS juga masuk dalam pokja akan tetapi hingga disahkannya tim seleksi itu PKS tidak pernah diajak untuk membahasnya bersama. Ketidakterbukaan itulah yang menjadi sebab mekanisme pembentukan tim seleksi menjadi cacat. PKS mengakui kompetensi person yang terpilih sebagai tim seleksi KPU yaitu Yunus dan Udi untuk duduk dalam yang menyeleksi calon anggota KPU, yang tak disepakati oleh PKS adalah prosesnya yang kurang sesuai prosedur. Mengomentari apa yang disampaikan PKS, Yunus Ghazali dapat memahami apa yang sedang terjadi dan mengucapkan terima kasih atas silaturahmi yang dilakukan oleh PKS.

Hari Ahad (24/02), Amal Irfanudin dan Ardawi Muhsin berkunjung ke dua tokoh yang mempertanyakan keseriusan PKS dalam memperjuangkan perda diniyah. Kedua tokoh itu adalah Misja dari majelis zikir grogol dan Shahbul Amin, kepala sekolah SMU Muhammadiyah Cilegon. Keduanya ditemui secara terpisah di tempat tinggalnya masing-masing. Misja dalam kesempatan itu menyampaikan rasa senangnya karena mendapat silaturahmi dari PKS. “Ini dapat mempererat silaturahmi kita sesama muslim”, katanya. Beliau juga menyampaikan bahwa dirinya dan majelis zikir tidak ada rasa benci dengan yang lain, termasuk dengan PKS. Dipenghujung pertemuan, Misja menyampaikan bahwa dirinya akan ikut menjelaskan kepada anggota majelis zikir yang ia kelola bahwa PKS mendukung perda diniyah. Usai dari Misja, Amal dan Ardawi menuju kediaman Hasbul Amin. Hasbul Amin kaget mendapat kunjungan dari PKS namun lama-kelamaan pembicaraan menjadi cair. “Barangkali ini adalah pelajaran untuk PKS agar lebih berhati-hati”, jelasnya. Hasbul Amin juga menyatakan bahwa hal ini adalah kecemburuan beberapa orang kepada PKS saja. Selama ini PKS diyakini Hasbul adalah partai yang terus melakukan move-move ada atau tidak ada pilkada. Pada keduanya PKS menyampaikan bahwa hubungan silaturahmi ini memang sebaiknya terus dijaga. Jangan sampai ada perang wacana di media yang kurang mendidik bagi masyarakat. Dan kedua tokoh tersebut dapat mengerti dan memahami apa yang terjadi pada saat PKS walk out, juga mengenai perjuangan PKS dalam melahirkan perda diniyah

Tidak ada komentar: